MAKALAH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAKUKAN PERANG SIPIL BOSNIA ILMU SOSIAL DASAR
MAKALAH PELANGGARAN HAK ASASI
MANUSIA YANG DILAKUKAN
PERANG SIPIL BOSNIA
PERANG SIPIL BOSNIA
ILMU SOSIAL DASAR
NAMA : MOHAMAD YANI
NPM :1B114820
KELAS 1KA10
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hak asasi manusia merupakan hak-hak yang
dimiliki manusia sejak ia dalam kandungan. Pada pasal 1 butir 1 UU No. 39 tahun
1999 yang berbunyi “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Allah SWT dan merupakan
anugrah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia”.
1.2
Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan
dibahas kasus ini dapat dilihat dari perumusan masalah. Rumusan masalah
mengenai pelanggaran hak asasi manusia perang sipil Bosnia:
1. Pelanggaran
hak asasi manusia apa yang dilakukan militer Bosnia?
2. Bagaimana
penyelesain dari pelanggaran tersebut?
3. Kapan
pelanggaran itu terjadi?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin
dicapai penulis melalui makalah pelanggaran hak asasi manusia oleh China adalah
:
1. Untuk
mengetahui tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi pada perang sipil
Bosnia.
2. Untuk
mengetahui penyelesaian masalah dari pelanggaran Hak Asasi Manusia pada perang
sipil Bosnia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan
Kekuatan
yang berpengaruh dalam sejarah negeria Bosnia muncul pada akhir abad ke-13,
ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh kerajaan Turki Usmani. Dalam
perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki
asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia
yang tetap memeluk agama leluhurnya. Oleh karena itu mereka menjadi pembela
fanatik Kesultan Usmani untuk menjaga hak-hak istimewa mereka.
Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri.
Salah satu di antaranya adalah Serbia. Negara yang baru merdeka ini berusaha
menggabungkan Bosnia namun ambisinya digagalkan oleh kekaisaran Austria -
Hongaria, yang mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1908. Hal tersebut
kemudian mendorong kaum nasionalis Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran
tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang
Dunia I.
Setelah
Perang Dunia I usai, Bosnia-Herzegovina, bersama-sama dengan Kroasia, Slovenia,
dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari
penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan). Akan tetapi
perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis utamanya.
Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia
menginginkan federasi yang longgar. etnis Bosnia terjebak dalam
pertikaian tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa
etnis Bosnia mendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai etnis Serbia.
Namun lebih banyak lagi yang pro Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang etnis Kroasia.
Pertentangan tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi
menguasai Yugoslavia tahun 1941.
Setelah
meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha membangun kembali persaudaran
negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk mengatasi
perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut
sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas. Bosnia, yang karena memiliki
penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia menuntut
penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir mencapai
setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito
menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah
Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan
Makedonia) serta dua propinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai
seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus
menjadi sebuah republik federal.
Dengan
demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan etnis Bosnia-Kroasia di
wilayah tersebut. Selain itu, Tito memutuskan bahwa etnis Bosnia
diperbolehkan menyebut dirinya sebagai orang Muslimani (Muslim) sehingga tidak
perlu menyebut dirinya sebagai orang Muslim Serbia atau Muslim Kroasia.
Dalam
menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan
besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk
sementara waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan menjurus kepada agama kembali meletus di Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara
tersebut.
Pada tahun
1389, orang–orang Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Murad bin Orkhan
berhasil meraih kemenangan yang meremukkan tentara Serbia dalam perang Kosovo,
dan menjadikan Bosnia sebagai bagian dari wilayah Utsmaniyah (Turki) dari tahun 1463. Sejak
saat itulah Islam mulai menyebar dan mendarah daging di sana. Orang–orang
Utsmaniyah telah menderita kerugian cukup lama karena kekayaan lokal negeri ini
disubsidi oleh orang–orang Eropa.
Pada tahun
1878, Austria berhasil menguasai dua wilayah, yaitu Bosnia dan Herzegovina yang
telah direbutnya dari tangan pemerintahan Utsmaniyah. Maka, pada tahun 1908, kekaisaran
Austria mengumumkan penggabungan Bosnia dan Herzegovina ke dalam wilayahnya. Etnis Bosnia bangkit
menentang keputusan ini dengan segala kekuatan, tetapi usaha mereka berakhir
dengan sia–sia. Percikan awal yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I
bermula dari Sarajevo (ibukota Bosnia) sebagai pengaruh atas pembunuhan putra
mahkota Austria, Frans Ferdinand dan istrinya di tangan seorang pemuda bernama
Princip yang mengaku sebagai pemuda anggota gerakan Serbia raya. Peperangan ini
telah membawa kehancuran kekaisaran Austria/Hungaria. Maka, Hungaria memisahkan
diri dan mendirikan kerajaan Yugoslavia (dengan menjadikan Bosnia dan
Herzegovina sebagai bagian dari wilayahnya) pada tahun 1918.
Pada masa
antara dua Perang Dunia ini, Bosnia berada di bawah naungan kekuasaan
Yugoslavia (Serbia–Kroasia–Slovenia). Pada tahun 1971, negara
Federasi Yugoslavia mengizinkan etnis Bosnia untuk membentuk daerah
otonomi yang tergabung ke dalam federasi ini (pada masa presiden Bros Tito).
Kemerdekaan Bosnia dan
Timbulnya Perang Saudara
Terjadinya perubahan politik
globalisasi membawa pangaruh di negara Federasi Yugoslavia. Perang saudara di
Yugoslavia diawali dengan merdekanya Kroasia dan Slovenia pada tanggal 25 Juni
1991. Mereka memisahkan diri dari negara Federasi Yugoslavia. Hal ini membuat
Serbia marah karena rencananya mendirikan negara Serbia Raya akan gagal apabila
negara–negara bagian Yugoslavia satu per satu memisahkan diri. Serbia tidak
tinggal diam. Serbia melakukan penyerangan ke Slovenia dan Kroasia untuk
mencaplok kembali wilayah yang sudah meredeka itu menjadi wilayah kekuasaan
etnis Serbia.
Kemudian,
lewat kehancuran Komunis pada tahun 1990, parlemen Bosnia dan Herzegovina
malakukan pemungutan suara pada tanggal 15 Oktober 1991 untuk mengusahakan
pelepasan wilayah ini dari Yugoslavia, dan hasilnya rakyat Bosnia dan Herzegovina sepakat untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Bosnia mengumumkan kemerdekaannya di bawah
kepemimpinan Ali Izzet Begovic yang memenangkan pemilihan presiden pada tahun
yang sama.
PBB dan
negara–negara besar lalu merestuinya, juga lebih dari 120 negara lainnya.
Ketika Federasi Yugoslavia itu hancur, tinggallah di Bosnia 60.000 tentara
Serbia yang dengan persenjataan dan perbekalan lengkap yang memungkinkan
orang–orang Serbia yang minoritas menindas kaum muslimin yang ada di Bosnia.
Tragedi Kemanusiaan Bosnia
Herzegovina
Sejak
kemerdekaannya, Bosnia Herzegovina baru merasakan kedukaan yang mendalam akibat
konflik berdarah yang disebabkan oleh permusuhan monster Serbia. Metode
penghapusan ras ini dilakukan terhadap etnis Bosnia sebagai upaya penghilangan etnis tertentu.
Konflik yang
terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal dari keinginan masyarakat
Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia. Akibat dari jatuhnya
kekuatan negara Yugoslavia menjadi beberapa negara. Sehingga Bosnia yang
merupakan bagian wilayah dari Yugoslavia juga berusaha untuk memerdekakan
dirinya. Hal ini yang kemudian ditentang oleh masyarakat Serbia yang tetap
menginginkan Bosnia menjadi wilayah dari negara Serbia. Hal ini disebabkan
karena letak etnis Serbia menginginkan menguasai wilayah Bosnia dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada. Hal ini menyingkirkan etnis asli Bosnia yang tidak
menginginkan Bosnia kembali menguasai mereka.
Konflik ini
merupakan konflik lokal antara penduduk asli Bosnia yang menginginkan
kemerdekaan penuh bagi negara Bosnia sesuai dengan referendum yang telah
dilakukan masyarakat Bosnia. Namun hal ini kemudian di tentang keras oleh etnis
Serbia. Sehingga konflik ini kemudian menjadi konflik antar etnis. Yaitu antara
etnis Serbia dan etnis Bosnia yang memang memiliki banyak perbedaan terutama
soal keyakinan. Konflik ini kemudian semakin besar mengingat ada upaya-upaya
dari etnis Serbia yang didukung oleh tentara dan presidennya untuk melakukan
pembersihan etnis terhadap etnis Bosnia.
Serbia
membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir
habis–habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa dalam kamp–kamp
konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa. Data
menyebutkan bahwa korban kaum muslimin sepanjang perang ini mencapai 200.000 orang
yang terbunuh. Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban
pembantaian dan kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada etnis Bosnia.
Konflik ini
semakin meningkat ketika Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota
lainnya dibombardir habis–habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa
dalam kamp–kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia
diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban etnis Serbia sepanjang perang ini
mencapai 200.000 orang yang terbunuh. Dunia pada saat
itu dipenuhi oleh korban penyembelihan dan kuburan massal yang menakutkan yang
ditimpakan Serbia kepada etnis Bosnia. Sampai pada awal 1993, konflik antara
Serbia dan Bosnia masih belum reda walaupun pasukan penjaga perdamaian PBB yang
terdiri atas tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan operasi
pemeliharaan perdamaian.
Pembantaian
ribuan etnis Serbia di Srebrenica pada Juli 1995 juga menjadi konflik ini
semakin berkepanjangan. Dan menyebabkan dinamika konflik Bosnia semakin
meningkat. Sekitar 8.000 etnis Bosnia, yang sebagian besar adalah pria dan anak
laki-laki, dibantai dalam aksi yang paling biadab dalam sejarah Eropa. Pembantaian berlangsung saat pasukan Serbia menyerang
wilayah aman dalam perlindungan PBB, yakni Srebrenica. Pasukan Belanda yang
berjaga di sana tidak mampu berbuat apa pun. Dalang pembantaian itu Radovan
Karadzic, yang saat itu menjabat pemimpin perang Bosnia Serbia, dan Jenderal
Ratko Mladic.
Pembantaian
ini dimulai ketika para pengungsi yang berasal dari etnis Serbia melakukan
pelarian ke wilayah Srebrenica. Para pengungsi ini menyangka bahwa wilayah
Srebrenica merupakan wilayah aman karena dijaga oleh pasukan NATO. Namun,
ternyata itu hanyalah tipuan dari tentara serbia untuk melakukan pembunuhan massal
terhadap etnis Bosnia. Di wilayah ini kemudian ditemukan kuburan massal etnis
bosnia yang di kubur secara massal oleh tentara Serbia.
2.2 Penyelesaian Masalah
Komunitas
Internasional banyak membantu mengakhiri konflik yang terjadi di bosnia. Pengiriman
pasukan perdamaian yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), NATO
dan juga upaya perundingan yang diprakarsai oleh Uni Eropa dan juga Amerika
Serikat. PBB pada tahun 1992 membentuk UNPROFOR (United Nation Protection
Force) yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di negara pecahan Yugoslavia
termasuk Bosnia. Pasukan perdamaian ini terdiri dari negara Amerika Serikat,
Jerman, Prancis, Inggris, dan Indonesia. Sekitar 17000 pasukan UNPROFOR.
Indonesia juga membantu menjaga perdamaian di Bosnia dengan mengirimkan pasukan
Garuda 14 yang terdiri dari 25 anggota yang ditugaskan menjaga perdamaian di
Bosnia dan juga memberikan bantuan medis dan obat-obatan.
Beberapa
perundingan yang dilakukan oleh PBB, Uni Eropa maupun negara-negara lain:
1. Perundingan
Sarajevo. Pada tanggal 17 Maret 1992 dilaksanakan pertemuan yang kelima kalinya
antara tokoh etnis Bosnia Herzegovina (muslim, Kroasia, dan Serbia) yang
disponsori oleh masyarakat Eropa dibawah diplomat portugal, Hose Culteri, yang
menyarankan adanya kantonisasi. Bosnia Herzegovina akan menjadi negara yang
terdiri dari 3 unit etnik dan tetap berada didalam batas wilayah yang ada sekarang. Usul ditolak oleh presiden
Bosnia Herzegovina, Alija Izetbegovic yang mengakibatkan tidak tercapainya
kesepakatan dalam perundingan tersebut.
2. Pada
tanggal 5 november 1992, perundingan antara ketiga kelompok pihak bertikai di
Jenewa untuk menyusun Undang-Undang Republik Bosnia Herzegovina. Pihak muslim
Bosnia Herzegovina mendesak diberlakukannya regionalisasi Bosnia Herzegovina
tanpa berdasarkan etnis tetapi berdasarkan prinsip geografis.
3. Pada
tanggal 3 dan 4 januari 1993, para wakil dari 3 pihak yang bertikai di Bosnia Herzegovina
mengadakan perundingan paripurna untuk pertama kalinya di Jenewa. Ketua bersama konperensi, Lord Owen dan Vance
mengusulkan suatu peta yang membagi Bosnia Herzegovina terdiri atas 10 propinsi
dimana masing-masing mempunyai wewenang yang luas dibandingkan dengan
pemerintah pusat. Bosnia Herzegovina merupakan negara desentralisasi dengan
pemerintah yang kuat di 10 propinsi yang bukan berdasarkan etnis akan tetapi
berdasarkan prinsip geografis, historis, dan komunikasi.
4. Pada
tanggal 25-26 mei 1994, wakil pihak yang bertikai diwilayah Bosnia Herzegovina
beserta “Kontak Group” internasional masalah Bosnia Herzegovina (wakil negara
AS, Rusia dan EU) mengadakan perundingan di Talloires (perancis) guna mencari
penyelesaian krisis yang terjadi pada Bosnia Herzegovina. Perundingan yang
diadakan selama 2 hari tersebut memfokuskan pembicaraan tentang implementasi
keputusan yang dibuat dalam tingkat Menteri dari negara AS, Rusia dan kelompok
EU pada tanggal 13 mei 1994 di Janewa yaitu negara federasi muslim-Kroasia
Bosnia Herzegovina dimasa yang akan datang memiliki wilayah 51% dan faksi
Serbia Bosnia Herzegovina 49% tidak terdapat hasil konkrit dari pertemuan
tersebut namun disepakati perundingan akan dilanjut kembali.
5. Pada
tanggal 2 juli 1994 wakil dari pihak bertikai di Bosnia Herzegovina beserta
anggota Kontak Group mengadakan pertemuan di Janewa guna membicarakan
pengakhiran krisis di Bosnia Herzegovina. Dalam pertemuan tersebut pihak bertikai
menyampaikan jawaban atas proposal pembagian wilayah Bosnia Herzegovina yang
disampaikan 2 minggu sebelumnya. Pihak muslim Bosnia Herzegovina menyampaikan
jawaban pada Kontak Group melalui amplop yang disegel inti jawaban mengatakan
bahwa Majelis Serbia Bosnia Herzegovina tidak dalam posisi untuk memutuskan
mengenai peace plan Kontak Group
tersebut karena proposal Kontak Group dinilai tidak jelas. Dalam jawaban Bosnia
Herzegovina mempermasalahkan persetujuan-persetujuan konstitusional,
persetujuan penghentian permusuhan, masalah kota Sarajevo, masalah akses Serbia
Bosnia Herzegovina kelaut Adriatik, persetujuan implementasi peace plan dan masalah pencabutan sanksi
terhadap penduduk Serbia. Jawaban Serbia Bosnia Herzegovina tersebut oleh
Kontak Group (kecuali Rusia) merupakan penolakan karena tidak memberikan suatu
jawaban. Dan perjanjian ini pun mengalami kegagalan.
Setelah upaya yang dilakukan PBB, Uni
Eropa dan negara lainnya mengalami kegagalan dalam kurun waktu 1992 – 1994. Maka
pada bulan mei 1995 pakta pengamanan atlantik (NATO) mengambil keputusan invasi
militer ke wilayah Serbia. Invasi ini mendapat dukungan dari PBB guna memaksa
Serbia untuk melakukan perundingan dalam upaya menyelesaikan konflik diwilayah
tersebut. Target operasi militer yang dilakukan oleh NATO ini adalah untuk
menghancurkan infrastruktur yang ada diwilayah Serbia. NATO menjadi faktor yang
berperan dalam upaya memaksa Serbia untuk
kembali melakukan perundingan guna mencapai perdamaian diBosnia. Karena serangan
yang dilakukan NATO berhasil memaksa Serbia untuk mau duduk dan melakukan
perundingan dengan Bosnia guna mencapai kesepakatan. Serangan NATO tersebut
berhasil melumpuhkan infrastruktur yang ada diSerbia.
Pada bulan november 1995 Serbia dan
Bosnia kembali berunding melakukan perjanjian di Dayton Amerika Serikat. Perjanjian
ini merupakan puncak dari semua perjanjian yang telah diupayakan PBB, Uni Eropa
maupun negara lain. Perjanjian Dayton merupakan nama untuk menghentikan perang
di Bosnia yang sudah berlangsung selama 3 tahun terakhir. Perjanjian ini
disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.
Hasil perundingan Dayton berisi antara
lain:
-
Bosnia menjadi negara tunggal secara
internasional
-
Ibukota Sarajevo tetap bersatu dibawah
federasi muslim Bosnia
-
Penjahat perang seperti yang telah
ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan
-
Pengungsi berhak kembali ketempatnya
-
Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian
Paris.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perang Yugoslavia, yang
berawalan pada tahun 1990an, telah memberikan beberapa akibat seperti
terpecahnya Yugoslavia menjadi beberapa Negara , seperti Serbia dan Bosnia,
serta terlaksananya beberapa pelanggaran HHI sesuai dengan konvensi Jenewa oleh
beberapa aktor penjahat Internasional yang pada umumnya juga merupakan komandan
seperti Zlatko Aleksovski (komandan penjara) dan Jenderal Tihomir Blaskic
(komandan dewan pertahanan kroasia). Pelanggaran HHI terbesar yang dilakukan
adalah ketika terjadinya konflik Serbia – Bosnia, dimana Bosnia ingin
memerdekakan negaranya dari kedaulatan Serbia yang semenjak itu berhasil merdeka
dari Yugoslavia, yang tidak disetujui oleh pihak Serbia. Akibatnya, sekitar dua
ratus ribu korban terbunuh. Meskipun konflik tersebut sudah dapat diselesaikan
dan para pelanggar HHI sudah dapat diadili di International Court of
Justice, dampak yang diberikan akibat dari perang Yugoslavia, khususnya
dari konflik Serbia – Bosnia, cukup besar terhadap stabilitas keamanan global.
Kasus ini juga merupakan bukti yang cukup nyata bahwa keinginan untuk memiliki power,
memperluas itu kekuasaan, serta menjajahi pihak yang powerless atau yang
lemah masih ada. Semoga hal seperti ini tidak akan terulang lagi di masa yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Terima kasih banyak atas ilmunya guys
BalasHapus